Miskonsepsi atau salah pemahaman memang seringkali teradi pada beberapa jurusan perkuliahan, salah satunya adalah Jurusan Teknologi Pangan. Beberapa miskonsepsi mungkin terdengar biasa – biasa saja, namun tak jarang ada pula yang sedikit terlalu ‘pedas’ atau tidak enak didengar. Mahasiswa teknologi pangan seringkali sudah pernah mendengar tentang miskonsepsi ini. Pada awalnya mereka dapat sedikit kaget dengan miskonsepsi tersebut, tapi seiring dengan jalannya waktu, mereka akan dapat membiasakan diri karena sudah paham tentang teknologi pangan.
Yang agak mengkhawatirkan adalah miskonsepsi yang seringkali muncul di tengah – tengah masyarakat yang tidak paham betul tentang jurusan ini. Hal ini membuat kebanyakan dari mereka mungkin akan sedikit memandang enteng tentang jurusan teknologi pangan atau justru takut untuk berkuliah di prodi ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya miskonsepsi tentang jurusan teknologi pangan seperti di bawah ini diluruskan dengan baik.
1. Seringkali dikiran masuk ke dalam ranah teknologi
Banyak orang masih mengira bahwa Teknologi Pangan masuk ke dalam ranah ilmu teknik karena namanya menggunakan nama ‘Teknologi’. Sebenarnya, teknologi pangan cara untuk memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam industry bahan pangan. Seringkali, bahan pangan yang dimanfaatkan adalah bahan pangan pasca panen untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal hingga mampu meningkatkan nilai kegunaan dari bahan pangan tersebut. Hal ini berbeda dengan jurusan teknik yang seringkali harus banyak berkutat dengan barang barang dengan teknologi tinggi termasuk menciptakan alat yang nantinya dapat bermanfaat untuk orang banyak.
Mahasiswa teknologi pangan memang akan menggunakan teknologi yang ada, namun bukan serta merta membuat teknologi seperti kewajiban anak teknik. Beberapa contoh teknologi yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa teknologi pangan antara lain seperti teknologi pasteurisasi pada susu, pengolahan sayuran menjadi nugget, dan lain sebagainya.
2. Jurusan Teknologi Pangan adalah jurusan yang sama dengan Jurusan Gizi, Benarkah?
Hal lain yang juga menarik adalah banyak orang mengira jika jurusan teknologi pangan tak ubahnya seperti jurusan gizi. Faktanya, jurusan Teknologi Pangan juga berbeda dengan jurusan Gizi. Sebagai informasi, teknologi pangan lebih berkonsentrasi kepada proses pengolahan hasil pangan. Sementara itu, jurusan Gizi lebih fokus tentang sumber dan juga cara konsumsinya. Selain itu,. biasanya kedua jurusan ini juga berada dalam naungan fakultas yang berbeda. Sebagai contoh, jurusan teknologi pangan seringkali berada di bawah naungan Fakultas Pertanian. Sementara itu, Jurusan Gizi biasanya masuk ke dalam Fakultas Kedokteran, Fakultas Ekologi Manusia, atau mungkin Fakultas Kesehatan Masyarakat (tergantung dengan kebijakan masing – masing universitas).
3. Jurusan Teknologi Pangan hanya akan banyak melakukan kegiatan masak memasak
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jurusan teknologi pangan akan belajar banyak tentang bagaimana cara untuk menerapkan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk produk atau bahan pangan. Meskipun jurusan ini memiliki nama ‘Pangan’, tapi bukan berarti mahasiswanya akan banyak melakukan kegaiatan masak – memasak saja. Mahasiwa akan lebih banyak diajarkan tentang bagaimana cara mencari proses mengolah makanan dengan memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga nantinya bahan pangan tersebut dapat memiliki nilai guna yang lebih tinggi serta bermanfaat di tengah masyarakat.
Sebagai contoh misalnya untuk produk dari sapi. Mahasiswa akan diajari untuk berpikir kritis tentang bagaimana mengolah bahan pangan dari sapi ini agar berguna. Misalnya, dagingnya dapat digunakan untuk memasak suatu masakan tertentu, kemudian bagian lain juga harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebagai contoh mungkin kulit sapi untuk membuat krupuk, susu sapi yang di-pasteurisasi agar steril serta bisa dikonsumsi manusia, dan lain sebagainya. Mahasiswa juga akan diajari bagaimana membuat produk itu memiliki masa kadaluwarsa yang lebih panjang dan lain sebagainya.
4. Karir mahasiswa lulusan teknologi pangan hanya akan berhenti di level Quality Control
Miskonsepsi ini seringkali didengar oleh mahasiswa, calon mahasiswa, atau mungkin para orang tua di luaran sana. Banyak yang beranggapan bahwa lulusan dari mahasiswa Teknologi Pangan hanya akan menjadi quality control nantinya. Quality Control yang dimaksud disini adalah bagian pengendali mutu yang akan memastikan produk yang dibuat oleh pabrik layak dan memiliki kualitas baik.
Miskonsepsi seperti inilah yang membuat banyak orang kemudian mungkin malas untuk masuk ke dalam jurusan teknologi pangan, padahal pandangan ini keliru. Lulusan dari teknologi pangan bisa menjadi banyak hal selain Quality control. Misalnya saja mereka dapat menggeluti profesi sebagai project manager, ahli teknologi rasa atau Chief Technical Officer (Bagian perusahaan yang memegang resep rahasia perusahaan), peneliti, ahli teknologi pangan, menjadi pengusaha, bekerja di lingkungan pemerintahan atau menjadi ASN, sampai dengan menjadi CEO atau pemimpin sebuah perusahaan.
Dapat diinformasikan bahwa memang fresh graduate atau mahasiswa yang baru lulus dari jurusan teknologi pangan memang banyak yang memulai karir dengan menjadi seorang Quality Control terlebih dahulu. Hal ini karena untuk satu produk saja biasanya perusahaan membutuhkan lebih dari 1orang quality control sehingga akan lebih banyak orang yang bisa diterima. Dengan ketekunan dan etos kerja yang baik, maka jenjang karir lulusan dari jurusan teknologi pangan pun dapat terus meningkat.
Itulah 4 miskonsepsi yang sering didengar tentang program studi teknologi pangan. Dengan artikel ini semoga miskonsepsi tersebut dapat diluruskan dan teknologi pangan selalu bisa menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas tinggi demi keseahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa serta negara.