“Khusus untuk gadget sangat dilematis karena satu sisi gadget sangat bermanfaat untuk peningkatan wawasan dan ilmu pengetahuan anak, namun di sisi yang lain akses terhadap konten-konten yang tidak pantas seperti pornografi, kekerasan dan penyimpangan lainnya mudah didapat. Oleh karena itu, perhatian pembinaan akhlak yang sesuai dengan norma Islam untuk anak-anak kita harus selalu diperhatikan.” Ketua Yayasan Al Ma’soem Bandung, Dr. Ir. H. Ceppy Nasahi, MS.
Senada dengan apa yang disampaikan oleh ketua yayasan, Dra Hj. Yuli Suliswidiawari M.P.Si dari Biro Konsultasi Psikologi Westaria, menyampaikan bahwa dampak negatif yang ditimbulkan oleh gadget menjadi yang paling berbahaya. “Pengaruh negative yang ditimbulkan oleh gadget lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh sinetron dan game online. Karena dengan gadget anak dapat mengakses berbagai macam konten melalui internet dengan sangat mudah,” terangnya.
Tampilan acara-acara di televisi khusunya sinetron di Indonesia kini terancam oleh unsur-unsur vulgarisme, kekerasan, dan pornografi. Bahkan masalah yang sedang marak kali ini adalah LGBT, tampilan kebanci-bancian seakan menjadi hal yang lumrah. Serupa dengan Game Online, menurut Yuli beberapa game online menyuguhkan tampilan kekerasan, pornografi dan perjudian, lebih bahaya lagi dengan bermain game online bisa membuat anak menjadi kecanduan untuk terus bermain game online.
Hal yang menjadi permasalahan mendasar dalam dampak negatif yang ditimbulkan oleh game online dan gadget adalah penggunaan internet yang tidak sehat. Bahaya akan kecanduan terhadap internet mulai menjadi perhatian masyarakat kita. Menurut Yuli, para psikolog percaya bahwa kecanduan internet memiliki gejala yang mirip dengan gangguan mental lainnya, termasuk mudah emosi, kurang konsentrasi, dan menarik diri dari pergaulan.
Menurut Dr. Kimberly B. Young, founder The Center of Internet Addiction dan direktur The Internet Addiction Treatment Clinic, ada 5 jenis kecanduan internet:
Untuk mengatasi berbagai macam dampak negatif yang ditimbulkan oleh hal-hal tersebut, Yuli menghimbau “Kunci utama untuk mengatasi masalah yang ada adalah dengan agama dan keluarga. Bentuk akhlak anak terlebih dahulu, diikuti dengan pembentukan kecerdasan anak, kemudian dibarengi dengan peran dan fungsi orang tua dan keluarga agar anak dapat tumbuh dengan baik,” terangnya.
Sejalan dengan moto Yayasan Al Ma’soem Bandung; Cageur, Bageur, Pinter, pembinaan akhlak serta akademis para peserta didik di Al Ma’soem menjadi salah satu perhatian utama dalam pengembangan kualitas para peserta didik. Dengan pembinaan yang terpadu dan menyeluruh semoga Yayasan Al Ma’soem Bandung bisa terus menciptakan lulusan-lulusan yang Cageur, Bageur, Pinter.