Sebagai salah satu pilihan profesi, karir sebagai seorang guru adalah pilihan yang mulia dalam upaya mencerdaskan kehidupan generasi penerus bangsa dan bernilai ibadah dari pengamalan ilmu yang telah diketahui dan dipelajarinya. Tugas seorang guru memiliki dimensi yang luas dan tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau ketrampilan saja. Tanggung jawab seorang guru tidak hanya sebatas memenuhi kewajibannya di ruang kelas.
Perannya sebagai seorang pendidik dan pengajar mengharuskannya memiliki standar kualitas pribadi yang dapat menjadi suri teladan, seperti yang dimaknai dari kata guru (digugu dan ditiru). Akhir-akhir ini marak diberitakan terjadi peristiwa perilaku siswa yang tidak sepantasnya terhadap guru.Guru yang seharusnya mendapatkan perlakuan hormat dan sopan dari siswa, sebaliknya menjadi bulanan-bulanan dan bahan guyonan seperti yang sering ditayangkan dalam sinentron.
Mirisnya segelintir orang tua siswa terkadang juga memperlakukan guru layaknya ‘tongkat sulap’yang bisa merubah perilaku anaknya yang kurang baik. Padahal seharusnya sama-sama disadari karakter siswa saat masuk sekolah mulai terbentuk sejak dari lingkungan rumah dan serta lingkup pergaulan sebelumnya. Idealnya keberadaan siswa di sekolah tidak hanya berkutat dalam aspek akademis dan tuntutan kurikulum semata.
Sekolah juga merupakan sarana pembiasaan nilai-nilai kehidupan yang positif bagi siswanya, terutama untuk sekolah bercorak full day memungkinkan waktu proses pembentukan karakter lebih maksimal Sementara seorang guru merupakan model atau pemeran utama pembiasaan tersebut. Saat menghadapi siswa ‘bermasalah’ seorang guru dituntut untuk mampu memahami latar belakang dan akar permasalahan yang dihadapi siswa tersebut.
Dalam upaya pemahaman diperlukan kemampuan guru untuk ‘membuka hati’ baik dirinya maupun siswa tersebut supaya terjalin kenyamanan dan keterbukaan komunikasi. Kenyamanan dan keterbukaan komunikasi dapat diraih bila siswa memiliki keyakinan dan rasa percaya bahwa gurunya peduli dan menginginkan kebaikan dan keberhasilan dalam hidupnya nanti. Apabila hal ini terjadi siswa akan lebih mudah mematuhi nasihat dan arahan gurunya.
Seringkali terjadi akar permasalahan siswa sulit terungkap karena permasalahan berawal dari kondisi keluarga dan lingkungan rumah. Hal ini merupakan tahapan yang harus dilalui seorang guru untuk mengetahui fakta sebenarnya, terlebih untuk siswa TK dan Sekolah Dasar yang masih kental dengan pembiasaan dan kondisi keluarga. Kenyataan seperti ini baru dapat ditelusuri setelah guru ‘memantau’ langsung dengan cara mengadakan silaturahmi atau home visit ke tempat tinggal siswa tersebut. Setelah melaksanakan silaturahmi / kegiatan home visit, guru dapat menemukan akar permasalahan dan gambaran solusi yang diterapkan.
Di sisi lain siswa dapat memaknai kunjungan gurunya tersebut ‘menjembatani’ komunikasi permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian diharapkan permasalahan dapat teratasi setelah semua pihak berada dalam satu koridor saling memahami dan menghormati perannya masing-masing.
Penulis: S.S. Dewi Anggraeni, S.S