Dari Pesantren ke Perguruan Tinggi Begini Adaptasi Mahasiswa Hafidz di Dunia Kampus

Beranda / Berita / Dari Pesantren ke Perguruan Tinggi Begini Adaptasi Mahasiswa Hafidz di Dunia Kampus
23 Juli 2025
Dari Pesantren ke Perguruan Tinggi Begini Adaptasi Mahasiswa Hafidz di Dunia Kampus

Transisi dari dunia pesantren ke lingkungan kampus bisa menjadi tantangan tersendiri bagi para mahasiswa tahfidz. Terbiasa dengan jadwal yang padat namun terstruktur di pesantren, mereka kini harus menyesuaikan diri dengan sistem perkuliahan yang lebih dinamis dan mandiri.

Di kampus seperti Universitas Ma’soem, mahasiswa Hafidz difasilitasi untuk bisa beradaptasi tanpa harus kehilangan ritme ibadah dan hafalannya.

1. Menyusun Jadwal Baru yang Seimbang

Salah satu tantangan utama adalah mengatur ulang waktu harian. Di pesantren, jadwal hafalan biasanya teratur dari pagi hingga malam. Sedangkan di kampus, jadwal kuliah, tugas, dan kegiatan organisasi menuntut fleksibilitas.

Mahasiswa Hafidz di Ma’soem University didorong untuk membuat jadwal pribadi yang tetap memberi ruang untuk muraja’ah (mengulang hafalan) dan ibadah rutin, di sela aktivitas perkuliahan.

2. Membangun Komunitas yang Mendukung

Tak sedikit mahasiswa tahfidz yang awalnya merasa canggung di lingkungan kampus yang lebih beragam. Namun, dengan adanya komunitas mahasiswa Islami dan teman-teman sesama Hafidz di asrama, mereka bisa berbagi pengalaman dan saling memotivasi.

Lingkungan seperti ini membuat proses adaptasi berjalan lebih cepat dan nyaman.

3. Menyesuaikan Gaya Belajar Akademik

Di pesantren, gaya belajar lebih banyak pada hafalan dan pengkajian kitab. Saat masuk dunia kuliah, mahasiswa perlu memahami konsep akademik yang berbasis teori, praktik, dan literasi ilmiah.

Untuk itu, dosen dan pembimbing di kampus turut membantu mahasiswa Hafidz beradaptasi, seperti dalam penulisan tugas ilmiah, presentasi, dan diskusi kelas.

4. Tetap Aktif di Organisasi dan Kegiatan Sosial

Adaptasi terbaik dilakukan dengan berinteraksi langsung dalam berbagai aktivitas kampus. Mahasiswa Hafidz yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan atau kegiatan sosial justru lebih cepat menyesuaikan diri dengan ritme kampus, tanpa mengorbankan nilai-nilai religius yang mereka pegang.

5. Tetap Fokus pada Tujuan Awal

Bagi mahasiswa penerima Beasiswa Tahfidz, motivasi utama mereka bukan hanya lulus kuliah, tetapi juga menjaga hafalan dan membawa nilai-nilai Qur’ani ke dalam dunia nyata. Inilah yang membuat mereka tetap konsisten, bahkan unggul dalam bidang akademik maupun organisasi.

Adaptasi dari pesantren ke kampus memang bukan proses instan, tapi dengan lingkungan yang mendukung dan komitmen pribadi yang kuat, mahasiswa Hafidz dapat berkembang menjadi insan akademik yang utuh secara ilmu dan akhlak.

#Hastag
Berita Lainnya
Copyright © 2025 Masoem University