Etika Komunikasi Pengusaha Muslim

Beranda / Berita / Etika Komunikasi Pengusaha Muslim
30 April 2022
Etika Komunikasi Pengusaha Muslim

Komunikasi merupakan salah satu kemamuan manusia yang sangat dibutuhkan dalam segala hal. Dengan memiliki skill komunikasi yang baik, seseorang tidak hanya bisa mendapatkan sesuatu yang dibutuhkannya saja, namun lebih dari itu, mereka bahkan tidak jarang mampu mempengaruhi seseorang. Cara berbicara sesorang juga biasanya merepresentasikan watak dan kepribadiannya.  

Dalam konteks bisnis, Cara berbicara seorang pedagang juga mencerminkan usahanya, sopan, penuh tata krama, tidak menyinggung atau mencela orang lain. Dalam Agama Islam, Allah SWT mengajarkan cara-cara komunikasi yang efektif serta sesuai norma dan nilai-nilai Agama Islam dalam konteks berbisnis:

  1. Qaulan Layyinan; Komunikasi yang ditujukan terhadap orang yang keras hati, sombong mau menang sendiri. Pemimpin yang Zalim, Fir’aun. Komunikasikan dengan cara lemah lembut menyentuh hati (rasa cinta), pembicaraan diarahksan pada hati nurani lawan bicara (Musa-Fir'aun). Firman Allah SWT, "Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut" (QS. Thaahaa (20) 44 dan 45).
  2. Qalaun Baligha; Ditujukan terhadap orang yang bimbang (ragu ragu). Teknik komunikasi yang mampu memberikan kesan yang mendalam dan membuat lawan bicara tidak mampu memberi argumentasi lain (tepat pada pokok sasaran). Firman Allah SWT. "Mereka itu orang-orang yang Allah mengetahui apa yang dihati mereka, karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka" (QS. an-Nisaa (4): 6).
  3. Qaulan Maysuura; Komunikasi yang ditujukan terhadap orang yang berada dalam kondisi lemah, dalam kesulitan, dengan memberi jalan kemudahan dan penerangan yang membuka wawasan (mata hati) serta memberikan motivasi, agar yang bersangkutan percaya diri. Firman Allah: "Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas" (QS. al-Israa (17):28)
  4. Qaulan Karima; Berkomunikasi dengan santun dan menunjukkan sikap kepedulian yang sangat terhadap lawan bicara dan diposisi kan sebagai yang harus dimuliakan. Firman Allah, "... dan hendak lah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (QS. al-Israa (17): 23).
  5. Quulan Sadiida; Pembicaraan yang benar dan mantap, ditujukan kepada generasi muda, di dalam lingkungan kerja/karyawan yang masih baru. Mereka harus mendapatkan informasi yang kader-kader yang profesional Firman Allah, ... Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (QS an-Nisaa (4)91 Allah SWT mengimbau ajaklah manusia berbicara dengan sesuatu yang mereka pahami dan tinggalkan apa yang tidak dimengerti.

Sikap fisik atau gerak gerik seorang pengusaha juga dapat memenangkan orang lain, hindarkan gerak-gerak yang dapat mencurigakan. Gerakan bagian badan merupakan bagian dari komunikasi dengan memberi isyarat bahwa yang bersangkutan merasa senang atau sebaliknya atas kunjungan seorang pelanggan. Rasulullah SAW bersabda "Belum beriman seseorang sehingga ia mencintai saudaramu seperti mencintai diri sendiri."

Malahayati (2010), Disamping sikap dan penampilan seseorang pengusaha atau pedagang yang terlihat jelas pada saat yang bersangkutan berinteraksi dengan para pelanggannya, juga pada dirinya dituntut memiliki prinsip etika bisnis yang berlandaskan norma spiritual. Salah satu prinsip etika bisnis tersebut adalah Tidak suka menjelek-jelekkan pesaing. Rasulullah SAW, bersabda: "Janganlah di antara kalian mejual dengan maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain." (Muttafaq'alaih).

Setiap apa yang di larang Rassullah SAW mengandung mudarat bagi orang yang mengerjakan dan mendapat nilai positif di sisi Allah SWT terhadap orang yang meninggalkannya. Bagi yang melakukan penjelekan barang dagangan orang lain, terutama terhadap barang yang sejenis dengan barang dagangannya, dengan maksud supaya pembeli banyak yang datang untuk membeli barang dagangannya. Dalam waktu singkat mungkin para pembeli banyak yang membeli barang dagangan karena terpengaruh dengan isu tersebut. Akan tetapi, kondisi seperti ini tidak berlangsung lama dan dalam waktu yang akan datang (jangka panjang). Karena perilaku seperti itu merupakan bumerang terhadap orang yang bersangkutan. Banyak para pembeli tidak suka sikap menjelek-jelekkan orang lain, lebih-lebih pembeli yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi pada Allah SWT, dan akhirnya mereka meninggalkan tokonya dan tidak akan membeli lagi ke tempat tersebut.

#Hastag
Berita Lainnya
Copyright © 2025 Masoem University