Negara Indonesia merupakan negara dengan kekayaan luar biasa, baik dari Sumber Daya Alam (SDA), Kebudayaan (Adat Istiadat), Ras, Bahasa, hingga berlimpahnya jumlah Penduduk dan Sumber Daya Manusia (SDM). Begitu pula dengan profesi atau bidang pekerjaan yang dapat digeluti. Di era moderen seperti saat ini dimana teknologi informasi sudah sangat canggih, di Negara Indonesia masih banyak profesi yang benar-benar konvensional yang masih dilakukan secara manual. Maka dari itulah, orang-orang dengan kekayaan materi berlimpah namun tidad diimbangi dengan wawasan teknologi yang cukup akan sulit membedakan sebuah profesi dari teknisi di bidang teknologi informasi dengan seorang programmer.
Berbicara soal profesi di Bidang Teknologi Infromasi atau yang lebih dikenal dengan istilah IT ini, ada beberapa stereotipe yang berkembang di masyarakat Indonesia. Ketika mendengar kata “tukang” maka kesan yang terbangun adalah sorang yang “disuruh-suruh” dimana pekerjaannya lebih bersifat teknis dibandingkan analis. Hal inilah yang terkadang muncul di benak masyarakat bahwa Mahasiswa IT disebut “tukang reparasi komputer atau laptop”, sedangkan masalah yang berhubungan dengan trouble komputer dan laptop sangat bervariasi, baik perangkat keras (Hardware) maupun perangkat lunak (Software). Jika dianggap dapat menyelesaikan masalah teknis komputer dan laptop, maka secara otomatis akan dianggap juga dapat memberikan referensi komputer dan laptop murah dengan spek tinggi.
Selain itu, dengan Image pekerjaan yang sering di belakang meja, maka terbentuk pula opini bahwa Mahasiswa IT sulit berkomunikasi dengan orang lain atau bisa juga disebut jelek saat presentasi. Maka dari itu, banyak Mahasiswa IT yang terbiasa “ngoding” enggan untuk mempresentasikan hasil karyanya di depan investor sehingga terkadang mereka menggandeng seorang tenaga pemasar / marketing. Jika kembali ke pembahasan perkembangan teknologi, terkadang Mahasiswa IT juga dianggap paling mengerti mengenai Update dari suatu produk diluar komputer seperti Drone, Tablet dan sebagainya. Padahal jika melihat kurikulum baik itu Manajemen Informatika, Teknik Informatika, Sistem Informasi, Ilmu Komputer, para mahasiswa tidak terlalu dituntut untuk selalu mengikuti tren teknologi semacam itu.
Gaya hidup anak muda saat ini yang selalu terkoneksi denga internet selalu dihantui dengan buruknya jaringan, sinyal dan sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa IT dianggap sebagai seorang yang pasti mampu mengatasi permasalahan tersebut. Memang Mahasiswa IT belajr tentang membangun jaringan Internet, akan tetapi jika akses jaringan tersebut di protect oleh pihak lain yang berwenang, maka Mahasiswa akan sulit untuk menyelesaikan permasalahan “Internet Lambat”. Meskipun begitu, ada juga beberapa orang yang tetap “memaksa” kepada Mahasiswa IT supaya menjadi Hacker untuk meretas sistem untuk mengambil akses Internet di suatu tetmpat tertentu. Melihat Opini-opini dan stereotipe seperti ini, maka pihak yang memiliki pengetahuan harus selalu memberikan sosialisasi kepada masyarakat awam tentang apa saja yang dipelajari oleh Mahasiswa yang mengambil jurusan di bidang Teknologi Informasi.