PARENTING DI ERA DIGITAL KOMUNIKASI INTERPERSONAL
IBU DAN ANAK DALAM MENGATASI KENAKALAN REMAJA
Penulis:
Vina Dartina, S.Sos., M.Pd., M.I.Kom
Anggia Permatasari
Naufal Elhaddid Nurdin
DEPARTEMEN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
Kemunculan teknologi di tengah kehidupan bermasyarakat seakan membawa perubahan bagi pola pikir remaja yang dapat mengarah kepada hal positif dan negatif secara bersamaan dalam menjalankan kehidupan sehari hari, seperti adanya media sosial yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mencari informasi yang tidak diketahui sebelumnya lewat situs internet. Selain dari pada itu, remaja juga dapat memanfaatkan internet untuk mempelajari apapun, baik yang bersifat untuk kepentingan akademik maupun non akademik melalui Youtube, namun dibalik itu semua nyatanya kemajuan teknologi ini sangat meresahkan bagi pembentukan karakter diri dan moral remaja, disinyalir banyak terjadi kenakalan remaja yang penyebab utamanya berawal dari informasi pada media social yang mereka akses.
Kenakalan remaja merupakan masalah yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sarwono (2004) menyatakan bahwa terdapat empat bentuk kenakalan remaja yakni; kenakalan yang menimbulkan korban fisik, kenakalan yang menimbulkan korban materi, kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban fisik, dan kenakalan melawan status. Kondisi tersebut jika dibiarkan berlarut tentunya akan berpengaruh pada perkembangan remaja secara keseluruhan, dan pendekatan yang bisa menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan kembali menerapkan pola-pola komunikasi dan interaksi semua anggota keluarga, khusunya komunikasi antara Ibu dan Anak, mengingat Ibu menurut perspektif psikologi memiliki peran penting dalam perkembangan psikologi anak dan remaja. Ibu dapat membentuk kepribadian anak. Selain dari pada itu, Ibu dapat berperan dalam mencegah kenakalan remaja dengan cara meningkatkan komunikasi interpersonal di antara keduanya melalui banyak cara, diantara nya adalah dengan meluangkan banyak waktu untuk berdialog, saling berkomunikasi secara intens, memahami kedua belah pihak, saling mendengarkan dan berbagi pandangan.
Program Pengabdian kepada Masyarakat ini dilatarbelakangi oleh bentuk kepedulian sebagai upaya pencegahan kenakalan remaja di Desa Cilame. Selain dari pada itu, alasan lain dilakukannya kegiatan ini berlandasakan pada suatu pemahaman bahwa upaya pencegahan lebih baik dilakukan dibandingkan upaya pengobatan, mengingat remaja adalah generasi bangsa yang nantinya mempunyai peran penting di masa yang akan datang sehingga mereka diharapkan mampu berprestasi dan terhidar dari segala bentuk kenakalan remaja, serta mampu menghadapi tantangan-tantangan yang ada pada masa depan.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) dapat disebut pula dengan komunikasi antar pribadi. Diambil dari kata interpersonal, yang terbagi dalam dua kata, inter berarti antara atau antar, dan personal berarti pribadi. Sedangkan definisi umum komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan antar orang- orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi yang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal, dan bersifat dialogis.
Dalam komunikasi antar pribadi, hendaknya antara komunikator dan komunikan saling menunjukkan sikap positif, karena dalam hubungan komunikasi tersebut akan muncul suasana menyenangkan, sehingga pemutusan hubungan komunikasi tidak terjadi. Rahmat (2005:105) menyatakan, “sukses komunikasi antar pribadi banyak bergantung pada kualitas pandangan dan perasaan diri positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang positif, akan melahirkan pola perilaku komunikasi antar pribadi yang positif pula”.
Dalam membicarakan perihal kenakalan remaja orang tua, khususnya seorang ibu harus memahami kondisi anak remaja pada saat itu, apakah anak tersebut tengah lelah, bosan, atau justru tengah berada dalam situasi emosi yang bahagia. Ibu hendaknya mampu bersikap deskriptif, artinya dapat memberikan penjelasan atau uraian mengenai topik pembicaraan tersebut dengan harapan anak tidak merasa adanya suatu ancaman. Keterbukaan dan keterusterangan orang tua diperlukan agar anak juga bersikap demikian, yaitu terbuka dan terus terang mengenai masalah yang dihadapinya.
Adapun aspek-aspek komunikasi yang dapat dilakukan saat ibu tengah berkomunikasi dengan anak perihal kenakalan remaja adalah sebagai berikut. a. Keterbukaan (openness), yang mengacu pada tiga aspek komunikasi antarpribadi; Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi; Kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang; Ketiga, aspek yang menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran. Dalam membicarakan masalah perilaku kepada anaknya, orang tua harus terbuka dan siap untuk bereaksi secara wajar terhadap umpan balik yang datang, serta jujur memberi ganjaran kepada anaknya, bila perilakunya baik diberi pujian atau hadiah, dan bila perilakunya buruk diberi hukuman, sehingga pada akhirnya anak memiliki tanggung jawab. (Elwood N. Chapman, 1987: 96). Senada dengan yang disampaikan Chapman, De Vito (1997:259) menyatakan bahwa “Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik individu dan individu tersebut bertanggung jawab atasnya”.
Selanjutnya b. Empati (empathy), yaitu kemampuan orang tua memposisikan dirinya dalam komunikasi dengan anaknya artinya orang tua mampu memahami anaknya sehingga dalam memberi bimbingan, motivasi, dan memberikan pemahaman akan bahaya kenakalan remaja serta dampak-dampak negatif yang akan muncul bila kenakalan remaja terjadi, dalam posisi sikap tanpa menghakimi ataupun menuduh, dengan kata lain Empati diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan yang dirasakan oleh orang lain. Backrack (De Vito, 1997:260) mendefinisikan empati sebagai “kemampuan seseorang untuk mengetahui yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang tersebut. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya.”
Aspek berikutnya adalah c. Dukungan yaitu situasi yang terbuka untuk memungkinkan komunikasi berlangsung secara efektif. Dalam komunikasi interpersonal diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Sugiyo (2005:5) mengemukakan, “dalam komunikasi antar pribadi perlu adanya suasana yang mendukung atau memotivasi lebih dari komunikator.”
Rahmat (2005) mengemukakan sikap suportif adalah sikap mengurangi sikap defensif. Orang yang defensif cenderung lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikan daripada memahami pesan orang lain. Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi. Dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut, komunikasi antar pribadi akan bertahan lama karena telah tercipta suasana yang mendukung.
Aplikasi sikap positif (positiveness), yang dapat dilakukan dalam bentuk komunikasi ibu terhadap anak adalah ibu harus memiliki sikap positif terhadap anaknya. Sikap positif berupa pujian dan penghargaan, serta kepercayan bahawa anaknya akan menghindari segala bentuk kenakalan remaja, merupakan pendorong bagi anak dalam untuk tidak melakukan hal tersebut.
Adapun aspek terakhir yang dapat mendukung proser berlangsungnya komunikasi interpesonal antara Ibu dan anak adalah e. Kesetaraan (equality) artinya komunikasi akan lebih efektif apabila suasananya setara. Ibu dan anak dalam membicarakan masalah terkait kenakalan remaja harus mengakui bahwa masing-masing penting dan berharga dalam berperan, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam hal ini keefektifan komunikasi akan tercapai jika ibu dan anak saling menghargai dan mengakui kekurangan dan kelebihan masing-masing (sharing Information). Kesetaraan atau kesamaan menurut Alo Liliweri adalah ”hasil proses pembagian informasi, melalui tindakan pertukaran, saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. (Liliweri,2007:64). Dengan kata lain, kedua belah pihak secara sadar bersedia untuk saling mendengarkan pendapat tentang kenakalan remaja dari perspektif masing-masing.
Remaja adalah satu tahap perkembangan manusia yang merupakan masa transisi dari tahap anak – anak ke tahap dewasa. Menurut Daradjat, pengertian remaja adalah : “Masa peralihan di atara masa anak – anak dan masa dewasa di mana anak – anak mengalami pertumbuhan yang cepat di segala bidang, mereka bukan lagi anak – anak baik bentuk badan, sikap cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang matang, masa ini mulai kira – kira umur 21 tahun. Sedangkan kenakalan remaja adalah “Kelainan tingkah laku perbuatan dan tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan anti sosial yang melanggar norma – norma agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat”. Jelaslah bahwa kenakalan itu suatu perbuatan remaja yang sangat bertentangan dengan norma – norma yang ada dalam suatu masyarakat, yang dapat mencelakakan dirinya sendiri dan juga orang lain.
METODE
Kegiatan pengabdian telah dilaksanakan di Aula Kantor Kepala Desa Cilame pada hari Senin, 17 Juli 2023, pukul 13.00 – 15.00 WIB. Kegiatan dilaksanakan secara bertahap, dimulai dari perkenalan dan tujuan tema seminar, dilanjutkan dengan pemutaran cuplikan video tentang kenakalan remaja, pemaparan materi, dan diskusi tanya jawab.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang dicapai pada kegiatan ini meliputi (1) tumbuhnya kesadaran para peserta seminar bahwa pendekatan komunikasi interpersonal merupakan hal fundamental dalam membina kedekatan pada anak, khusunya anak yang beranjak dewasa karena di dalamnya terdapat lima aspek yang sangat penting, (2) peserta mulai menyadari bahwa komunikasi yang selama ini dilakukan tidak efektif, dan justru lebih banyak menimbulkan gesekan ataupun konflik dalam keluarga yang dapat membuat anak remaja merasa tidak nyaman dan berpotensi untuk terlibat dalam bentuk kenakalan remaja, (3) peserta mulai menyadari bahwa dengan membangun komunikasi interpersonal dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas kepribadian anak yang beranjak dewasa, dan (4) peserta webinar akan langsung mempraktikan apa yang disampaikan dalam seminar di keluarga masing-masing.
Kebermanfaatan dari seminar dengan tema komunikasi interpersonal ibu dan anak dalam mengatasi kenakalan remaja ini adalah menggugah kesadaran para peserta seminar bahwa pendekatan komunikasi interpersonal selain dapat digunakan dalam membentuk pola perilaku komunikasi yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari, baik pada tatanan kehidupan bermasyarakat atau keluarga umumnya, juga dapat digunakan sebagai bagian dari upaya mencegah dan mengatasi kenakalan remaja. Beberapa dokumentasi kegiatan:
PENUTUP
Komunikasi interpersonal ibu terhadap anak yang beranjak dewasa dalam memberikan pemahaman tentang efek media social dan bahaya kenakalan remaja, dapat memberikan pengaruh positif. Anak akan terdorong untuk lebih terbuka kepada ibunya dan menceritakan segala permasalahan yang dialami oleh dirinya. Hal ini tentu akan berdampak pula pada pembentukan konsep diri positif, karena sang anak akan merasa lebih dicintai, lebih dihargai, dan lebih didengarkan. Sebaliknya anak pun akan memahami tentang kekhawatiran dan kecemasan orangtuanya, sehingga kedua belah pihak akan menciptakan rasa saling menjaga dan mengerti. Tentunya hal tersebut sesuai dari fungsi komunikasi dalam keluarga yaitu untuk meningkatkan hubungan insani (Human relation), menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi dalam keluarga, mengurangi ketidak pastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah., (2005). Ilmu Jiwa Agama (cetakan ketujuhbelas). Jakarta: Bulan Bintang.
e Vito, J A. (1997). Komunikasi Antar Manusia (cetakan kelima). Jakarta: Proffesional Books.
, Alo. (2007). Komunikasi Antar Pribadi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Rahmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.