
Kelebihan berat badan atau obesitas tidak bisa dipandang sebelah mata. Obesitas bisa memicu berbagai macam penyakit yang resikonya tidak main-main. Gaya hidup dinilai menjadi penyebab utama terjadinya obesitas. Bahkan dewasa ini obesitas cenderung menyasar pada usia muda.
Menurut dr Hikmat Permana Sp.B.KBD, obesitas merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung, diabetes melitus, dan darah tinggi (hipertensi). “Faktor makanan dan minimnya aktivitas fisik atau olahraga menjadi penyebab utama obesitas,” kata dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, tersebut.
Lanjut dr Hikmat, data dunia yang dirilis WHO menunjukkan jumlah obesitas tidak banyak jika dilihat dari gradenya. Namun obesitas sendiri terdiri dari beberapa grade yang jika digabungkan maka prevalensinya bisa besar. “Prevalensinya bisa mencapai di atas 10 persen (penduduk dunia),” katanya.
Ia menyebut, angka obesitas bisa lebih besar lagi jika digabung dengan penyakit yang menyertainya seperti diabetes, jantung dan hipertensi. Karena obesitas merupakan penyakit yang biasa disertai penyakit jantung, diabetes, hipertensi.
Bagaimana cara mengatasi obesitas? Hikmat bilang, obesitas terkait erat dengan faktor makanan dan aktivitas fisik atau olahraga. Terapi pertama untuk pasien obesitas ialah mengatur asupan makanan dan olahraga. Kementerian Kesehatan pun, kata dia, mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat.
“Kementerian kesehatan menggalakan gerakan masyarakat sehat, salah satunya mencegah berat badan lebih atau obesitas,” katanya.
Dokter yang spesialisnya terkait obesitas dan diabetes ini mengatakan, angka obesitas di daerah-daerah di Indonesia cenderung meningkat. Data ini bisa dilihat dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dibuat Kementerian Kesehatan.
Untuk diketahui, data Riskesdas diupdate tiap 5 tahun sekali oleh Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pada Riskesdas terbaru tahun 2018, kasus obesitas memang cenderung meningkat di Indonesia. Sebagai gambaran, di Jawa Barat yang merupakan provinsi padat penduduk turut menyumbang angka besar pada peningkatan penyakit obesitas.
Data Riskesdas 2018 menunjukkan, proporsi berat badan lebih (overweight) dan obese pada dewasa usia lebih dari 18 tahun 2007-2018 adalah 8.6 persen pada 2007, naik menjadi 11.5 pada 2013, dan naik menjadi 13.6 pada 2018.
Sementara angka obese (obesitas) pada 2007 sebesar 10.5 persen, 2013 naik menjadi 14.8, dan 2018 21.8. Untuk diketahui, indikator berat badan lebih dewasa yaitu Indek Massa Tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengan 25,0 s.d lebih kecil dari 27.0.
Data proporsi obesitas pada dewasa umur 18 tahun ke atas rata-rata dari tiap provinsi sebanyak 21.8 persen. Di Jabar, proporsinya mencapai di atas 21. Sementara data Proporsi Obesitas Sentral Pada Dewasa usia 15 tahun 2007-2018 juga menunjukkan peningkatan. Pada 2007 sebesar 18.8 persen, 2013 sebesar 26.6 persen, dan 2018 sebesar 31.0 persen. Indikatornya adalah lingkar perut wanita yaitu lebih dari 80 cm; dan pria yaitu lebih dari 90 cm.
Lalu, Proporsi Obesitas Sentral Pada Dewasa 15 sampai 15 tahun ke atas rata-rata 31. Sedangkan angka Jabar di atas 31 persen. Data-data tersebut menunjukkan obesitas memang cenderung menyasar usia lebih muda. Jadi, gaya hidup sehat memang perlu digalakkan.
Persoalan obesitas bisa dialami oleh siapapun tanpa mengenal usia dan status, tak terkecuali mahasiswa. Dengan jadwal kegiatan yang padat dari mulai kuliah, praktikum, kerja paruh waktu terkadang membuat mereka sulit mengatur waktu untuk makanan makanan yang bergizi dan juga berolahraga. Maka dari itulah, kesadaran akan pola hidup yang sehat harus dimulai sejak dini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.