Manusia dalam kehidupannya tidak akan dapat dipisahkan dengan dunia ekonomi. Hal ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhannya, manusia harus memiliki penghasilan baik itu penghasilan tetap maupun tidak tetap. Terdapat beberapa pilihan yang biasa seseorang pilih untuk memenuhi kebutuhannya, dari mulai mejadi pedagang/pengusha, penyedia layanan jasa tertentu sampai kerja kantoran. Mungkin sekilas kita bisa saja setuju bahwa kita harus memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan penghasilan setinggi mungkin karena diasumsikan bahwa “semakin banyak materi, maka semakin banyak pula kebutuhan yang bisa dipenuhi. Pada akhirnya pilihan pekerjaan selalu dikaitkan dengan seberapa besar gaji / upah yang nanti akan didapatkan.
Namun jika kita berbicara tentang teori kebutuhan, ternyata sesuatu yang bersifat materi tidak selamanya menjadi pertimbangan seseorang dalam memilih pekerjaan dan karir. Tidak sedikit seseorang yang melepaskan pekerjaannya yang berpenghasilan fantastis dan beralih ke pekerjaan dengan penghasilan jauh lebih rendah. Lantas mengapa hal ini bisa terjadi? Bukankah sangat disayangkan seseorang melepaskan pekerjaan dengan penghasilan tinggi yang orang lain berlomba-lomba untuk berada di posisi tersebut? Hal ini bisa dijelaskan dengan beberapa asumsi jika kita mampu melihat latar belakang orang tersebut dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupannya.
Salah satu teori yang paling populer mengenai teori motivasi / teori kebutuhan adalah Hierarchy of Needs dari Abraham Maslow. Secara singkat dalam teori itu dijelaskan bahwa kebutuhan manusia paling dasar adalah kebutuhan fisik seperti, makan, minum, bernafas dan sebagainya. Dilihat dari kebutuhan dasar ini saja banyak cerita unik dimana seseorang yang memiliki kekayaan fantastis namun memiliki sakit yang parah akan berfikir bahwa keinginan dia pertama adalah SEHAT. Karena dengan memiliki kesehatan yang prima, maka manusia bisa beraktivitas secara normal. Kebutuhan yang kedua adalah Safety / kebutuhan akan rasa aman, lalu dilanjutkan dengan Kebutuhan akan kasih sayang, keberhargaan diri sampai di puncaknya yaitu Self Actualization / Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Hal yang menarik dari posisi puncak teori Hierarchy of Needs Abraham Maslow, yaitu aktualisasi diri adalah bahwa setiap orang memiliki hasrat yang berbeda-beda mengenai kepuasan dalam kehidupannya. Jika kita kembali pada kasus yang dijelaskan di atas kita bisa asumsikan bahwa seseorang yang lebih memilih pekerjaan berpenghasilan rendah dikarenakan banyak sekali faktor, seperti contohnya:
Jika kita ambil salah satu profesi, sebut saja profesi dokter. Profesi yang satu ini sebenarnya dianggap masyarakat Indonesia merupakan profesi bergengsi karena selain merupakan profesi kemanusiaan, penghasilan yang didapatkan pun bisa dikatakan sangat besar jika sudah mengambil spesialis. Namun mengapa ada beberapa dokter yang rela tidak dibayar untuk memenuhi panggilan jiwanya untuk menolong orang tidak mampu atau yang sedang berada di negara konflik? Beberapa jawaban yang didapatkan akhirnya mengarah kepada Aktualiasasi Diri tadi. Bagaimana seseorang yang kebutuhan dasaranya sudah terpenuhi akhirnya memilih untuk melakukan sesuatu yang bukan bersifat materi untuk mencapai sesuatu yang membuat mereka bahagia sehingga mereka pun menikmati profesinya.
Selain itu terdapat pula profesi Guru atau tenaga pengajar lainnya seperti dosen. Banyak dari karyawan yang sudah sudah sampai pada usia pensiun memilih untuk mengajar dengan alasan kesehatan, jarak yang dekat dengan rumah, dan banyak pula yang menjawab sebagai sarana Aktualisasi Diri. Seperti yang kita tahu bahwa gaji tenaga pengajar relatif tidak tinggi dan banyak yang memilih profesi ini baik karena alasan sulit mencari pekerjaan lain atau memang mengajar merupakan passion-nya. Dari kesemua pemaparan tadi kita bisa lihat bahwa aktualisasi diri merupakan sesuatu yang sifatnya sangat relatif sehingga untuk mengukur kebahagiaan seseorang kita tidak boleh memukull rata karena setiap orang memiliki tujuan hidupnya masing-masing dalam mencapai kebahagiaan.