Seorang anak yang sudah menginjak usia remaja memang memiliki kecenderungan untuk “melepaskan diri” dari aturan orang tuanya. Pada usia ini juga anak sedang giat-giatnya mencari hal-hal baru yang menantang dan membuat mereka penasaran. Di sisi lain, orang tua sebagai penanggung jawab sang anak ingin aturan-aturan yang sudah dibuatnya selalu dipatuhi sang anak sehingga rentan terjadi konflik. Terkadang konflik hebat diawali dengan orang tua yang mempersoalkan masalah-masalah kecil sehingga anak tidak lagi menjadikan orang tuanya sebagai sosok yang bisa diajak berbagi.
Orang tua sangat beresiko untuk terperangkap dalam konflik dengan anak jika secara terus menerus sang anak menantang otoritas serta nilai-nilai yang sudah disepakati. Jika orang tua terlalu sering mengomeli dan menceramahi anak secara berlebihan, maka lambat laun anak akan mengabaikan orang tua dan beresiko mengalami kerenggangan komunikasi di keluarga. Jika ini sudah terjadi, orang tua sebaiknya berusaha meluangkan waktu untuk meninjau kembali situasi yang tengah dihadapi sang anak sehingga bisa masuk ke dalam cara berfikir sang anak. Dengan demikian masalah-masalah kecil yang ada bisa segera diselesaikan dengan baik.
Ada beberapa masalah yang bisa diselesaikan dengan “gaya” sang anak, namun ada juga beberapa masalah lain yang mereka belum paham dalam menyelesaikannya. Maka dari itu orang tua sebaiknya bisa menentukan faktor apa saja yang menjadi masalah utama yang perlu dipertegas kembali dan berikan perhatian pada masalah tersebut. Mungkin ketika anak anda pulang terlambat dan mereka meletakan barang sembarangan sehingga membuat anda terjatuh itu bisa membuat anda kesal, namun untuk hal-hal kecil lainnya anda cukup hanya mengingatkan kemudian mebiarkannya berlalu. Untuk beberapa kasus, anak sebaiknya “dibiarkan” melakukan sesuatu jika ada dampak negative terhadap dirinya (selama tidak telalu beresiko). Contohnya sang anak akan belajar untuk meletakan handuknya di tempat jemuran dengan rapih dan benar karena jika mereka tidak melakukan itu, mereka akan merasa tidak nyaman ketika ingin memakainya kembali karena handuknya belum kering.
Penanaman nilai-nilai kelurga pun menjadi sesuatu hal yang penting yang perlu orang tua terapkan sesuai usia anak dan situasi zaman. Pada usia remaja, anak mulai mepertanyakan nilai-nilai khusus keluarga, tapi ia tak akan menolak semua pokok ajaran yang telah anda berikan. Contohnya, ia pasti ingin terus menjadi orang yang baik, jujur dan menghargai barang dan privasi orang lain jika nilai-nilai tersebut telah ditanamkan sejak usia dini. Pemahaman moralnya mungkin telah berkembang dan dia dapat melihat bahwa aturan berguna bagi masyarakat karena aturan mampu membuat kehidupan lebih tertata, melindungi orang lain serta mengukung terwujudnya keadilan.
Untuk beberapa kasus, anak akan menyadari beberapa aturan tertentu yang sifatnya kompleks, kadang berlawanan dan bahkan dapat dinegosiasikan. Berdebat dengan anak tentang topik-topik utama yang penting dapat membantunya menjelajahi beragam norma. Semakin sering orang tua mendiskusikan isu-isu yang mempertanyakan norma-norma dan pandangan, maka semakin besar pula kesempatan bagi anak untuk menentukan posisinya terhadap suatu isu dan anak akan terbentuk menjadi seorang individu yang memiliki sikap. Dengan cara ini, anak akan mampu mengembangkan kemampuannya dalam membedakan yang baik dan yang buruk serta membentuk pandangannya dari hasil pemikirannya sendiri yang mendalam.
Untuk dapat memahami perkembangan usia remaja, kita bisa mempelajarinya dalam ilmu psikologi dan teknik konseling. Universitas Masoem adalah kampus swasta pertama yang membuka prodi Bimbingan Konseling (BK) di Bandung Raya dan Sumedang. Di prodi ini mahasiswa akan dibekali ilmu-ilmu psikologi dan teknik-teknik konseling yang nantinya akan dibentuk menjadi tenaga profesional baik di dunia pendidikan sebagai guru BK maupun konselor di dunia industri.