Revolusi industri 4.0 membawa pengaruh terhadap seluruh sektor kehidupan masyarakat, salah satunya di bidang pertanian. Transformasi digital bukan hanya bergelut pada sektor teknologi dan informasi saja melainkan menyebar kepada banyak sektor lainnya termasuk pertanian. Untuk menciptakan proses pertanian yang modern dan mengedepankan efisiensi dan efektivitas maka lahirlah konsep Smart Farming.
Smart Farming merupakan sistem pertanian cerdas berbasis teknologi. Smart Farming meliputi identifikasi lahan, cuaca/iklim, identifikasi tanaman di setiap lokasi, kondisi tanah, pupuk benih, pestisida, panen, kerusakan hasil panen, jumlah produk, distribusi, dan pemasaran. Kunci utama Smart Farming adalah data yang terukur berdasarkan sensor yang ada di lahan dan yang meng-cover lahan pertanian. Sensor memberikan informasi terkait kondisi lahan, tanaman secara real time (unsur hara tanah, air, tanaman) sehingga memberikan rekomendasi terkait dengan pemupukan, irigasi, insektisida, atau jadwal panen.
Saat ini tren generasi muda belum merangkul sektor pertanian, di Indonesia kebanyakan yang menjadi petani adalah usia 40 tahunan ke atas. Oleh karena itu, banyak program yang disusun oleh pemerintah guna menarik minat generasi muda untuk terjun ke dalam sektor pertanian, salah satunya adalah petani millenial yang diresmikan oleh gubernur Jawa Barat.
Mengapa perlu Smart Farming? Selain untuk menarik minat generasi muda terhadap pertanian, juga untuk memenuhi target permintaan produksi pangan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Harus ada lompatan teknologi yang bisa digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian.
Smart Farming memberikan manfaat efisiensi sumber daya alam khususnya tanah, air, dan kelestarian alam. Selain itu juga manfaat efisiensi sumber daya manusia dengan memberdayakan mesin pertanian dan teknologi. Salah satu contoh penerapan Smart Farming saat ini adalah Household-scale mini indoor farming system dan artificial lighting, mesin canggih penyemai benih, mesin untuk memanen, drone untuk pemberian pestisida dan pemupukan, dsb.
Tantangan smart farming adalah pengaplikasian teknologi atau instrumentasi pertanian. Untuk menerapkan smart farming kita memerlukan sumber energi (PLT Hybrid), sistem irigasi, greenhouse, dan nanobubble technology. Beberapa tahun ini telah dijalankan program smart farming yang terintegrasi. Smart farming yang terintegrasi merupakan sistem pertanian yang dipadukan dengan peternakan dan perikanan secara cerdas berbasih teknologi.
Perancangan PLT Hybrid dilakukan sebagai usaha untuk menciptakan sumber energi yang mendukung penerapan smart farming yang terintegrasi. PLT Hybrid terdiri dari PLT surya dan PLT angin. Instalasi solar panel dan wind turbine menjadi solusi dalam perancangan PLT Hybrid ini.
Selanjutnya, sistem irigasi yang efektif adalah sistem drip irrigation yaitu yang menggunakan sensor untuk pemerataan penyiraman tanaman. Sensor yang digunakan dapat mendeteksi kadar kelembapan tanah sehingga penyiraman dapat dilakukan sesuai dengan waktu yang tepat.
Tahapan berikutnya adalah mengembangkan green house untuk mengontrol sistem pertanian yang diterapkan. Adapun beberapa hal yang dikontrol meliputi suhu, iklim, kelembapan, dan intensitas cahaya. Setelah dikontrol lalu dimonitoring untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan tanaman.
Sistem monitoring smart farming bisa dilakukan menggunakan aplikasi android agar bisa diakses dari jarak jauh. Aplikasi ini memerlukan proses log in dan melalui aplikasi ini petani bisa melihat peta lokasi, survillence farming, green house, suhu, PH, dsb.