Siklus hidup yang pendek adalah karakter industri teknologi tinggi. Para pemain bersaing menjadi yang pertama yang memasarkan dan menangkap nilai maksimal sebelum teknologinya menjadi using. Perusahaan perlu memantau dan merespons tren pemasaran baru dan perilaku pelanggan yang berubah. Pengulangan produk baru menjadi cepat karena luang untuk mendapatkan laba dari produk bisa dikatakan terbatas. Karenanya, perusahaan teknologi tinggi adalah perusahaan yang pertama mengadopsi pemasaran yang gesit.
Di dunia bisnis digital yang bergerak cepat, banyak industri seperti pakaian, barang konsumsi, elektronik, dan otomotif- mengalami siklus hidup produk yang pendek dalam berbagai tingkat. Di industri tersebut, prefensi pelanggan terhadap produk berubah dengan cepat, yang didorong oleh penawaran baru yang terus tumbuh. Bahkan, pengalaman pelanggan pun mempunyai tanggal kadaluwarsa. Pengalaman yang dulunya pernah menarik dapat menjadi ketinggalan zaman segera setelah semua orang mengejar ketertinggalan dan menggantikannya.
Lingkungan digital yang selalu terhubung menyebabkan perubahan prefensi yang cepat. Pengalaman pelanggan, yang dulunya bersifat sangat pribadi, dapat disiarkan ke semua via media sosial, dan itu mengurangi factor wow setiap kali bisnis berusaha mengulangi untuk kedua kalinya. Pelanggan yang selalu aktif juga menuntut merek yang selalu aktif memenuhi kebutuhan mereka dan dua puluh empat jam sehari dan tujuh hari seminggu, atau seperti yang dikatakan Tom March sebagai “The new WWW” (whatever, whenever, wherever). Akibatnya, perusahaan harus terus-menerus memantau dan merespons tren dan percakapan yang sedang berlangsung pada tingkat yang lebih cepat untuk mencapai loyalitas pelanggan.
Strategi tradisional dengan berbagai pra-perencanaan untuk masuk ke pasar sudah tidak efektif lagi. Di masa yang penuh dengan volatilitas, ketidak pastian, kompleksitas, dan ambiguitas (volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity; VUCA), bisnis sudah tidak dapat lagi membuat rencana jangka panjang tanpa melakukan banyak penyesuaian. Malah, sebagian besar rencana jangka panjang sudah ketinggalan zaman ketika tolak ukur pengerjaannya sudah tercapai.
Bisnis perlu menyesuaikan diri dengan kecepatan pergeseran pelanggan dan mengungguli pesaing pada waktu yang bersamaan. Kegesitan adalah nama baru dari permainan ini. Stabilitas operasional dulunya adalah factor terpenting yang menentukan sukses tidaknya perusahaan berkembang dan bertumbuh. Meskipun masih penting, factor tersebut juga harus dilengkapi dengan tim yang gesit, yang menjadi katalis untuk mesin pertumbuhan baru. Pemasaran yang gesit adalah potongan teka-teki terakhir bagi perusahaan untuk mengimplementasikan Marketing 5.0. Metode tersebut cocok dengan lanskap bisnis yang serba-cepat dan tak dapat di prediksi, yang saat ini sedang dihadapi perusahaan.
Menyiapkan Pemasaran yang Gesit
Pemasaran yang gesit membutuhkan semacam pola piker yang tidak dimiliki perusahaan tradisional. Usaha rintisan dengan sendirinya mempunyai mentalitas yang gesit karena sumber daya mereka yang langka. Perusahaan-perusahaan tersebut harus membuat segala sesuatu terjadi dengan cepat sebelum anggaran yang pas-pasan habis. Akan tetapi, perusahaan-perusahaan besar harus mengadopsi pemasaran yang gesit secara berbeda. Struktur yang rumit dan birokrasi yang melekat di perusahaan-perusahaan besar adalah musuh terburuk pemasaran yang gesit. Perusahaan perlu menyiapkan tim yang terpisah untuk memastikan mereka dapat mempertahankan operasi yang stabil dan menguntungkan sambal memastikan bahwa mereka tidak melewatkan hal besar berikutnya.
Mengembangkan Pemasaran yang Gesit :
Jadi, proses yang gesit biasanya hanya diperuntukkan bagi proyek inovasi yang berfokus pada mesin pertumbuhan yang baru.
Ada beberapa komponen kunci dalam organisasi pemasaran yang gesit. Pertama, bisnis perlu analisis secara waktu nyata. Berikutnya adalah mendirikan tim yang gesit yang terdesentralisasi dan tumbuh dari pengetahuan yang dihasilkan analitik. Lalu, tim membuat beberapa produk atau konfigurasi kampanye berdasarkan platform yang fleksibel. Mereka melakukan eksperimentasi cepat dalam proses yang serentak, dari memikirkan ide ke membuat prototipe. Setelah menguji setiap konsfigurasi dengan analitik penerimaan pasar yang nyata, mereka akan menentukan produk mana yang memberikan hasil yang paling menguntungkan. Saat menjalankan seluruh proses tersebut, perusahaan harus menganut mentalitas inovasi terbuka, yakni dengan memanfaatkan sumber daya internal dan eksternal. Melihat fenomena-fenomena tersebut, tidak heran jurusan Bisnis Digital begitu diminati oleh calon mahasiswa saat ini. (Dikuti dan Dikembangkan Dari Buku Marketing 5.0).