Beberapa bulan terakhir ini, dunia kesehatan dikejutkan dengan hebohnya pemberitaan dari media terkait sebuah penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus yang disebut dengan Virus Corona. Puncak dari pemberitaan penyebaran virus tersebut saat memasuki awal tahun baru Masehi dan juga Tahun Baru Imlek yang jatuh pada Bulan Januari 2020, tepatnya di tanggal 25. Setiap tahunnya, beberapa negara mengizinkan warganya untuk merayakan Imlek, khususnya warga keturunan Tionghoa. Namun karena dahsyatnya penyebaran virus tersebut hingga ke seluruh dunia, pemerintah Tiongkok khususnya dan juga pemerintah yang ada di negara lain menghimbau untuk membatalkan perayaan tahun baru Imlek 2020 untuk mencegah penyebaran virus yang lebih besar. Tidak hanya itu, penerbangan – penerbangan yang dari dan ke beberapa negara pun terkena imbasnya karena hampir di seluruh Bandara di seluruh dunia mengerahkan petugas kesehatan untuk mensterilisasi beberapa penumpang yang terindikasi. Jika memang benar positif terkena gejala dari virus corona, maka orang tersebut harus dikarantina hingga akhirnya dinyatakan sehat kembali.
Virus ini diketahui berasal dari kota Wuhan, Tiongkok dimana masyarakat di sana dikenal sering mengkonsumsi makanan – makanan ekstrim, seperti Sup Kelalawar, Sup Ular, Sup Bayi Tikus dan lain-lain. Selain itu jika kita melihat beberapa unggahan video yang mengambil setting tempat di pasar Wuhan, kita akan disuguhkan pemandangan pasar dan penyajian yang yang dapat dikatakan kurang higienis. Selain itu, muncul pula asumsi yang mengarah kepada factor kebersihan saat megolah makanan – makana ekstirm tersebut. Dengan banyaknya video seperti itu beredar dan viral, tidak sedikit dari para ahli seperti Dokter, Ahli Gizi, Ahli kesehatan dan sebagainya angkat bicara dan mengansumsikan kebiasaan – kebiasaan tersebut-lah yang menyebabkan virus corona mudah sekali menyebar ke suluruh dunia. Pada umumnya, penularan virus corona memiliki potensi lebih tinggi pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah. Maka dari itulah kebiasaan mengkonsumsi yang bergizi serta kebiasaan menjaga kebersihan akan mampu mencegah penyebaran virus mematikan yang sedang viral ini.
Selain beberapa profesi yang sudah disebutkan di atas, tidak terkecuali juga dengan para Ahli Teknologi Pangan. Dalam konsentrasi keilmuannya, Teknologi Pangan sangat berkaitan erat dengan ilmu gizi dimana pada umumnya mereka akan mempelajari Biokimia Gizi, Ilmu Bahan Pangan, Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi, Metabolisme Zat Gizi, Teknologi Pengolahan Pangan, Gizi Masyarakat, Evaluasi Gizi, Gizi Kuliner, Manajemen Pelayanan Makanan, Pengembangan Produk Pangan dan lain-lain. Di fakultas Pertanian Universitas Ma’soem / Ma’soem University, khususnya di Prodi Teknologi Pangan, para mahasiswa akan dibekali beberapa ilmu yang sangat bermanfaat mengenai dunia Pangan yang nantinya akan diikuti dengan kegiatan Pengabdian Masyarakat. Pengabdian Kepada Masyarakat tersebut biasanya dilakukan bersamaan dengan rangkaian kegiatan KKN di sebuah desa tertentu. Dalam momen seperti inilah, masyarakat yang dijadikan lokasi KKN akan mendapatkan sebuah ilmu dan juga sosialisasi mengenai dunia Pangan, gizi dan kesehatan masyarakat yang nantinya akan berdampak kepada kebiasaan mereka dalam mengolah makanan, menyajikan sampai mengkonsumsinya. Kolaborasi antara Universitas yang diwakili oleh Mahasiswa, dosen ahli, prkatisi dan masyarakat setempat akan berdampak pula kepada pencegahan penyakit tertentu yang disebabkan oleh makanan.