Sejarah Produksi Coklat di Indonesia

Beranda / Berita / Sejarah Produksi Coklat di Indonesia
24 Juni 2021
Sejarah Produksi Coklat di Indonesia

Tahun 1988 tercatat sebagai tahun ke 77 masuknya coklat ke Indonesia. Hal itu tampaknya berkaitan dengan usaha pemuliaan cokelat yang pertama dimulai di Indonesia pada tahun 1921. Orang pertama yang menamakan coklat di Indonesia adalah Dr. C.J.J. Van Hall. Orang tersebut mengadakan seleksi terhadap pohon induk di Djati Renggo dan Getas. Kedua nama kebun tersebut digunakan untuk menamakan klon coklat jenis criollo yang sampai saat ini masih digunakan dengan kode DR dan G berbagai nomor. 

Jauh sebelum kemerdekaan coklat yag diperkenalkan pada tahun 1560 di Sulawesi Utara berasal dari Filipina. Coklat Jenis Criollo tadi diperoleh oleh bangsa Filipina dari Venezuela. Produksi coklat ini relatif rendah dan peka terhadap serangan hama dan penyakit tetapi rasanya enak. Tahun 1888 diperkenalkan bahan tanam Java Criollo yang bahan dasarnya adalah coklat asal Sulawesi Utara tadi sebagai bahan tanam tertua untuk mendapatkan bahan tanam unggul. Sejalan dengan itum oengembangan pertanaman cokelat di Indonesia, khususnya Jawa berjalan pesat. 

Pada tahun 1938 telah terdapat 29 perkebunan coklat dengan distribusi 13 perkebunan di Jawa Barat, 7 perkebunan di Jawa Tengah dan 9 perkebunan di Jawa Timur. Perkembangannya juga didorong oleh meluasnya penyakit karat daun kopi oleh Hemeleia Vastatrix sehingga menyebabkan musnahnyaareal pertanaman kopi di Jawa. Di samping itu oleh perusahaan perkebunan, pengembangan cokelat juga dilakukan oleh petani pekebun terutana di Jawa Barat. 

Pengalihan usaha perkebunan menjadi milik negara pada awal kemerdekaan menjadikan usaha pengembangan pertanaman cokelat semakin mantap. Daerah-daerah di Jawa barat dan Sumatera Utara merupakan daerah pertanaman cokelat yang kemudian berkembang dengan pesat. Tahun 1973 diperkenalkan cokelat jenis bulk melalui seleksi yang dilakukan oleh PTPN VI dan Balai Penelitian Perkebunan (BPP) Medan. Coklat jenis bulk ini relatif lebih tahan akan hama dan penyakit serta produksinya yang tinggi walaupun rasanya sedang (tidak seenak criollo).

Tahun 1976 BPP Jember juga melakukan program pemuliannya dalam usaha untuk mendapatkan bahan tanam biji hibrida. Secara bersamaan usaha untuk mendapatkan tanam klon yang dapat dijadikan sebagai induk maupun bahan tanam praktek juga dilaksanakan di kebun Kaliwining, Jember dan Malangsari. 

Di sumatera Utara penelitian yang sama terus dilakukan. PT Perkebunan II bahkan mengadakan perluasan penanaman cokelat di Irian Jaya dan Riau serta membangun kebun benih cokelat di kebun maryke. Perkembangan yang pesat dari pertanaman cokelat di Indonesia menyebabkan peningkatan produksinya secara cepat. Bila di tahun 1970-1977 produksi cokelat Indonesia hanya 2000-3000 ton, maka paa tahun 1980 angka itu melonjak menjadi 7000 ton.  

Untuk mempelajari tanaman cokelat lebih dalam kita bisa mempelajarinya di Fakultas Pertanian, khususnya Teknologi Pangan. Universitas Masoem merupakan salah satu kampus swasta terbaik di Bandung Timur  yang membuka prodi teknologi pangan. Dengan kurikulum yang sudah disesuaikan dengan tuntutan jaman serta tuntutan dunia industri, khususnya industri pangan, para mahasiswa akan dibekali pendalaman di awal-awal semester. Terdapat total 13 konsentrasi prodi yang bisa dipilih yaitu kopi, cokelat, susu, sirup, teh, maknan instan, kue kering, kembang gula, fermentasi, urban farming, manajemen suplie hortikultura, marketplace agribisnis dan makanan tradisional Indonesia. 

 

#Hastag
Berita Lainnya
Copyright © 2025 Masoem University