Di awal tahun 2020 ini, negara Indonesia melalui kebijakan pemerintahnya sedang hangat membicarakan wacana pemindahan Ibu Kota. Seperti yang kita tahu bahwa Kota Jakarta yang sampai saat ini masih menjadi Ibu Kota resmi negara Indonesia merupaakan kota metropolitan.Sepanjang kota Jakarta kita bisa melihat banyak berdiri bangunan tinggi seperti gedung pencakar langit dan fasilitas-fasilitas moderen lainnya. Namun dengan kepadatan penduduk yang luar biasa dan juga jumlah kendaran bermotor yang luar biasa membuat kemacetan kota yang awalnya didominasi suku Betawi ini menjadi sangat parah. Tidak jarang para pekerja/karyawan yang bekerja di Jakarta namun memiliki hunian, baik itu rumah, kost-kostan, apartemen atau apapun itu yg berada di luar kota Jakarta, seperti Bekasi, Tangerang dan lain lain miliki beragam pilihan alat transportasi, baik umum ataupun pribadi. Hal ini merupakan salah satu penyebab utama kemacetan yang terjadi di Jakarta.
Lantas pertanyaan berikutnya “mengapa Jakarta begitu memiliki magnet yang kuat sehingga orang-orang berbondong-bondong datang ke sana? Tidak seperti negara Paman Sam, Amerika Serikat yang memisahkan kota pemerintahan (washington DC) dengan kota bisnis (New York), negara Indonesia menggabungkan pusat pemerintahan dengan pusat bisnis di 1 kota, yaitu Jakarta. Maka tidak heran para pendatang begitu berharap dengan pendapatan yang besar, karir yang bagus dan juga bergengsi ketika mereka ke Jakarta. Diluar kemegahan kota Jakarta, maka tidak terlepas pula persoalan lain, selain kemacetan dan persoalan sosial, yaitu soal kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan, papan). Dari ketiga hal tersebut, maka kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup adalah PANGAN.
Seperti yang kita tahu bahwa lahan pertanian di Jakarta sudah bisa kita katakan “sangat langka”. Maka dari itulah untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya, maka didatangkanlah dari daerah lain. Pulau Kalimantan, terutama Provinsi Kalimantan Timur yang semakin santer disebut sebagai pengganti Ibu Kota Jakarta memiliki wilayah yang meliputi Kabupaten Penajam Paser Utara [PPU] dan Kabupaten Kutai Kartanegara [Kukar]. Dengan Lahan seluas 3.059.616 hektar yang terdiri 333.306 hektar di Kabupaten PPU dan 2.726.310 hektar di Kabupaten Kukar, tempat ini diyakini sebagai lokasi ideal sebagai jantung Ibu Kota Negara Indonesia. Belum lagi titiknya yang dianggap berada di tangah-tengah Negara Indonesia jika dilihat dari mulai Aceh Hingga Papua.
Beras yang merupakan komoditas utama dari Pangan yang dikonsumsi warga negara Indonesia selalu menjadi topik menarik yang bisa dikupas. Jika benar ibu kota pindah ke sana, maka Bappenas memprediksi akan ada penambahan penduduk sekitar 1,5 Juta jiwa di Kalimantan Timur. Hal ini perlu menjadi bahan pemikiran bersama mengingat tahun 2017 saja tercatat 151 ribu ton lebih lokasi tersebut kekurangan beras. Ketika berbicara ketersediaan lahan pangan, memang provinsi ini jauh memiliki lahan yang lebih luas dan lebih subur jika dibandingkan Jakarta atapun ibu kota provinsi lainnya. Akan tetapi, di era digital dan teknologi yang semakin berkembang ini, maka diperlukan para ahli di bidang teknologi pangan yang mumpuni.
Tidak berlebihan rasanya jika dengan teknologi yang ada sekarang, warga negara Indonesia berharap banyak ahli di bidang Teknologi Pangan yang mampu membantu mengatasi tantangan tersebut. Sangat mungkin terjadi suatu saat nanti beras yang selama ini membutuhkan waktu sekian bulan bisa dipercepat panen nya dengan menggunakan teknologi tertentu. Akan tetapi perlu diingat juga tentang keamanan dan dampak kesehatannya. Maka dari itu, BPOM, dinas pertanian, para ahli pangan sebaiknya bekerjasama dengan baik untuk bisa memberikan yang terbaik. Universitas Masoem melalui Prodi Teknologi Pangan dan Agribisnis berkomitmen mencetak para ahli di bidang tersebut dengan dibantu pemahaman yang mumpuni baik dari keilmuan di bidang pangan nya maupun keagamaannya karena suatu saat mereka akan menjadi bagian dari para ahli yang memiliki tanggung jawab moral yang besar karena menyangkut Kebutuhan dasar manusia,yaitu MAKANAN (pangan).