Tata Bahasa Fungsional

Beranda / Berita / Tata Bahasa Fungsional
18 Maret 2021
Tata Bahasa Fungsional

Deskripsi: Tata Bahasa Fungsional (Functional Grammar) sebenarnya adalah nama sekumpulan teori linguistik yang secara umum dapat digolongkan ke dalam linguistik fungsional (linguistic functionalism), termasuk di dalamnya functional discourse grammar yang dikembangkan oleh linguis Belanda Simon Dik dan systemic functional grammar yang dikembangkan oleh linguis Inggris Michael A. K. Halliday.

===

Cara lain untuk memahami pentingnya pilihan tata bahasa adalah dengan melihatnya dalam kaitannya dengan bagaimana bahasa berfungsi dalam teks atau interaksi apa pun. Misalnya, bergantung pada pilihan yang dibuat dalam kasus ruang sidang, bahasa dapat berfungsi untuk mengintimidasi dan menjalankan kekuasaan atas seorang saksi (atau untuk meyakinkan dan memberdayakan mereka) serta mencari informasi. Penekanan pada fungsi daripada bentuk memunculkan istilah tata bahasa fungsional dan Linguistik Fungsional Sistemik (disingkat SFL). Perspektif fungsional berpendapat bahwa bahasa terlihat seperti itu karena fungsi yang dimilikinya, dengan kata lain, bagaimana kita menggunakannya untuk membuat makna. Perspektif ini berfokus pada bagaimana bentuk melakukan berbagai fungsi makna, bukan pada bentuk itu sendiri. Kegiatan selanjutnya menjelaskan lebih lanjut apa yang dapat ditawarkan oleh pendekatan ini.

Tata bahasa fungsional sebagaimana dijelaskan oleh Halliday (1994) berkaitan dengan makna. Tata bahasa fungsional memandang bahasa terdiri dari unit-unit makna daripada potongan-potongan bentuk. Unit makna ini direpresentasikan dalam berbagai teks lisan dan tulisan. Sesuai dengan idenya, tata bahasa fungsional lebih tertarik untuk menganalisis bahasa pada tingkat teks daripada kalimat. Lebih lanjut Halliday (1994) menulis bahwa terdapat 3 baris makna dalam klausa tersebut. (1) Tema berfungsi dalam struktur klausa sebagai pesan (2) fungsi subjek dalam struktur klausa sebagai pertukaran (3) fungsi aktor dalam struktur klausa sebagai representasi. Memberikan lebih banyak penjelasan tentang tata bahasa fungsional, ia menambahkan bahwa tata bahasa fungsional menggunakan label fungsi secara ekstensif seperti aktor, proses, tujuan, tema & rema, dll.

Untuk merealisasikan hal-hal di atas, pengembangan teori-teori TBF harus memenuhi tiga standar kecukupan, yaitu:

1. Kecukupan tipologis. Artinya, aturan dan prinsip-prinsip teori ini harus dapat diterapkan dalam bahasa alamiah manapun.

2. Kecukupan pragmatis. Artinya, rumusan apapun yang dikemukakan oleh teori ini harus dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana ungkapan-ungkapan kebahasaan dapat secara efektif dipakai dalam interaksi komunikatif.

3. Kecukupan psikologis. Artinya, apapun yang dikemukakan oleh TBF harus sesuai dengan hal-hal yang telah diketahui mengenai mekanisme pemrosesan psikologis yang terjadi dalam pemakaian bahasa alamiah.

Dalam diskusi tentang Tata Bahasa Tradisional, Halliday (1994) menjelaskan bahwa tata bahasa tradisional selalu menjadi tata bahasa tertulis; dan tata bahasa tradisional selalu menjadi tata bahasa produk.  Dengan membandingkan tata bahasa Inggris dengan bahasa Latin, para ahli menyatakan bahwa siswa memiliki perbedaan dalam mempelajari nama part of speech (siang, kata kerja, kata keterangan preposisi, kata sifat). Mereka juga menjelaskan bahwa tata bahasa tradisional berfokus pada aturan untuk menghasilkan kalimat gabungan. Agar dapat digunakan sebagai alat analisis atas berbagai aspek bahasa dan penggunaan bahasa, maka TBF berupaya sekaligus untuk memaksimalkan tingkat kecukupan tipologis dan miminimalkan tingkat abstraksi analisis linguistiknya. Upaya ini dilakukan dengan mengurangi tingkat abstraksi (aturan, cara kerja, atau prosedur), sehingga jarak antara struktur yang dipostulasikan dalam suatu bahasa tertentu berdasarkan teori ini dengan ungkapan-ungkapan kebahasaan aktual yang disusun dengan menggunakan terma-terma struktur ini dapat dipersempit.

#Hastag
Berita Lainnya
Copyright © 2025 Masoem University