Menabung sejak usia dini bisa dibilang sudah menjadi tradisi di kalangan pelajar. Pengenalan tabungan sudah terjadi sejak Taman Kanak-kanak (TK) atau SD. Orang tua juga mulai banyak yang mengenalkan anak-anaknya ke bank, dikenalkan cara menabung, dan ada pula bank yang menyediakan tabungan untuk anak.
Tradisi investasi tersebut sebaiknya terus dijalankan sampai dewasa, misalnya saat menjadi mahasiswa. Dengan demikian, investasi akan benar-benar terasa hasilnya di masa depan, apalagi di saat sudah berkeluarga.
Bahkan kini informasi seputar investasi sangat mudah didapatkan. Berbagai produk investasi ditawarkan dengan keuntungan yang dijanjikan sangat beragam. Mahasiswa sebagai kalangan yang memiliki akses pada beragam informasi, tentu harus melek terhadap investasi dan berbagai macam produknya.
Judy Febryano, Ketua Financial Planner Association Indonesia (FPAI), membeberkan alasan pentingnya investasi bagi mahasiswa. Saat ini kondisi ekonomi dunia tidak sedang membaik. Dalam situasi tersebut, kebutuhan hidup tidak bisa ditunda, harus dipenuhi setiap harinya. Di sisi lain, setiap orang ingin mempunyai jaminan finansial di masa depan. Maka investasi penting untuk mengatasi permasalahan keuangan di masa depan.
Investasi sendiri bagian dari manajemen keuangan. Bentuk investasi bisa macam-macam seperti yang paling sederhana menabung di bank, bentuk lainnya deposito, reksa dana, emas, saham, dan masih banyak lagi produk investasi lainnya. Bahkan sekarang bermunculan produk investasi online yang semakin memudahkan nasabah dalam bertransaksi.
Judy pun membeberkan cara mengatur keuangan sehingga bisa mengikuti investasi. Idealnya, pendapatan seseorang akan dikurangi minimal empat pos pengeluaran. Pertama, cicilan utang sekitar 35 persen, kedua pos asuransi yang besarannya diperkirakan mencapai 15 persen dari income, nabung atau investasi 10 persen, dan sisanya untuk biaya lifestyle atau kebutuhan hidup.
Mahasiswa sendiri umumnya jarang punya cicilan atau utang. Keuangan mahasiswa umumnya masih tergantung pada orang tua, walaupun sekarang lagi trend mahasiswa yang berwirausaha. Kondisi mahasiswa yang masih tergantung pada orangtua menurut Judy justru berpeluang besar untuk investasi. “Kalau masih ikut orang tua kan belum ada cicilan, paling uangnya dipakai untuk lifestyle,” katanya, di sela acara Peluncuran Aplikasi Moduit Advisor di Bandung, baru-baru ini.
Di luar biaya kuliah, pengeluaran mahasiswa kebanyakan untuk membiayai gaya hidup. Judy menyarankan agar mahasiswa bisa menyisihkan uang dari biaya gaya hidup. Hasil penyisihan ini bisa dipakai untuk investasi.
Ikut investasi tidak selalu memerlukan modal besar. “Jangan mikir ikut investasi itu modalnya harus banyak. Pendapatan dari orang tua bisa disisihkan minimal 10 persen untuk menabung,” katanya.
Jika masih bingung dalam memilih produk investasi, Judy menyarankan mahasiswa untuk mempelajari literasi keuangan. Dalam literasi keuangan ini akan dijelaskan berbagai produk investasi berikut keuntungan dan resikonya.
Ia mengingatkan jangan sembarangan investasi tanpa mengetahui resikonya. Apalagi jika investasi tersebut dilakukan demi meraih untuk semata. Sebab setiap produk investasi yang menawarkan keuntungan besar dipastikan memiliki tingkat resiko yang besar pula.
Untuk memilih produk investasi, sangat direkomendasikan agar produk tersebut sudah mengantongi lisensi dan sertifikasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Karena dengan begitu, legalitas produk investasi tersebut terjamin.