
Teknologi pangan adalah aplikasi ilmu teknologi dalam pengolahan bahan pangan untuk menghasilkan produk makanan yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Jika kalian bertanya teknologi pangan belajar apa saja, ilmu ini mencakup sejumlah proses, seperti pengolahan, pemrosesan, pengemasan, dan penyimpanan bahan pangan. Teknologi pangan juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas dan keamanan bahan pangan serta meningkatkan daya tahan bahan pangan agar dapat bertahan lebih lama.
Salah satu teknologi pangan terbaru yang sedang berkembang adalah teknologi pengolahan pangan dengan menggunakan sinar ultraviolet (UV). Teknologi ini bertujuan untuk memperpanjang masa simpan makanan, mencegah pertumbuhan bakteri, dan mengurangi penggunaan bahan pengawet kimia. Selain itu, teknologi penggunaan ozon dalam pengolahan pangan juga sedang berkembang untuk membasmi bakteri dan virus pada makanan.
Teknologi pangan juga turut berperan dalam pengembangan bahan pangan fungsional, yaitu makanan yang mengandung kandungan nutrisi tertentu yang bermanfaat bagi kesehatan. Contohnya adalah bahan pangan fungsional yang mengandung serat tinggi, omega-3, probiotik, atau prebiotik yang dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan kesehatan pencernaan.
Untuk kegiatan produksi bahan makanan hingga siap jual, dibutuhakan keahlian pengolahan pangan yang banyak dipelajari di prodi Teknologi Pangan. Sedangkan untuk kegiatan distribusi rantai pasok lebih banyak dipelajari di prodi agribisnis dimana para pelaku didalamnya harus mampu membuat sebuah perencanaan logistik baik sebelum maupun pasca panen. Seseorang yang menekuni ilmu agribisnis juga harus mampu menganalisa harga pasar bahan pangan dan memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan produsen (petani) maupun dengan agen dan konsumen akhir.
Negara Indonesia yang memiliki asset Sumber Daya Alam yang melimpah membuat peluang sukses karir prodi Teknologi Pangan lebih terbuka. Hal ini bisa terlihat dengan begitu banyaknya brand / merek-merek besar yang bergerak di industri pangan yang mendirikan pabrik di Indonesia. Setiap brand tersebut tentu membutuhkan SDM yang kompeten di bidang pengolahan pangan seperti jabatan Process Engineer, Quality Control (QC) dan lain sebagainya. Besaran gaji staff bagian produksi di industri pangan sendiri mulai dari 10 Juta hingga 18 Jutaan per bulan. Selain itu, untuk pengusaha yang bergerak di bidang Agribisnis, besaran pendapatan bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah tergantung dari besaran bisnis yang dijalankan. Hal ini tentu menjadi peluang besar untuk para lulusan teknologi pangan dan juga agribisnis.
Di era digital saat ini, teknologi pangan dan agribisnis juga turut dikembangkan dalam bentuk aplikasi dan software yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi pangan. Salah satu contohnya adalah software manajemen rantai pasokan makanan yang dapat membantu produsen makanan untuk mengelola stok bahan baku, memantau produksi, dan mengevaluasi performa bisnis.
Meskipun teknologi pangan memberikan banyak manfaat, namun tidak sedikit juga yang mengkhawatirkan penggunaan teknologi ini akan berdampak negatif pada kualitas dan keamanan bahan pangan. Oleh karena itu, sangat penting bagi produsen makanan untuk mematuhi standar keamanan dan kualitas bahan pangan serta mengikuti regulasi dan peraturan yang berlaku dalam industri pangan.