Contoh Perhitungan Penentuan Volume Pasar (Bagian 2)

Beranda / Berita / Contoh Perhitungan Penentuan Volume Pasar (Bagian 2)
17 Februari 2020
Contoh Perhitungan Penentuan Volume Pasar (Bagian 2)

Dalam tulisan sebelumnya kita sudah membahas mengenai betapa pentingnya sebuah perusahaan menentukan / menghitung potensi volume pasar yang nantinya akan dipakai untuk seberapa banyak barang akan didistribusikan kepada calon konsumen. Hal ini dilakukan karena untuk menghindari habisnya ketersediaan barang di lokasi tersebut sebelum waktunya dan juga untuk menhidari penumpukan yang berlebih atau yang biasa disebut dengan overload. Terlebih untuk produk makanan atau minuman yang memiliki masa kadaluarsa, sebuah perusahaan harus meminimalisir resiko terjadinya basi atau sudah tidak layak konsumsi.

            Dari 2 pendekatan yang dibahas, penulis sudah membahas pendekatan yang pertama, yaitu Market Test Approach. Dalam tulisan kali ini, penulis akan membahas mengenai pendekatan dalam menentukan volume pasar, yaitu Market Corrolary Approach. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan pertama (Market Test Approach) karena dalam pendekatan Market Corrolary Approach ini, volume pemasaran suatu barang atau jasa bukan merupakan produk utamanya yang akan didistribusikan ke konsumen. Perusahaan yang melakukan pendekatan Market Corrolary Approach ini ingin mengetahui volume pasar karena produknya merupakan “pelengkap” dari sebuah produk utama yang bisa saja dimiliki oleh perusahaan lain. Dengan kata lain, volume pasar yang dihasilkan merupakan perkembangan volume pemasaran dari produk utamanya (mempunyai korelasi positif). Contohnya adalah:

  1. Perusahaan yang memproduksi ban mobil ataupun onderdil (suku cadang) lainnya akan meningkat permintaannya di pasaran jika di tempat tersebut atau sekitarnya penjualan mobil sedang meningkat.
  2. Perusahaan yang memproduksi semen atau bahan bangunan lain akan meningkat permintaannya di pasaran jika di tempat tersebut atau sekitarnya sedang gencar melakukan pembangunan, misalnya apartemen ataupun komplek mewah.
  3. Kebutuhan kancing baju untuk industri grament.
  4. Kebutuhan cengkeh untuk industri rokok kretek.
  5. Kebutuhan ban untuk truk/bis.
  6. Kebutuhan gula untuk pabrik sirup.
  7. Kebutuhan botol plastik untuk produk minuman
  8. Kebutuhan senar untuk alat musik gitar
  9. Kebutuhan dinamo untuk pompa air
  10. Kebutuhan kelapa untuk produk santan dan lain-lain

Dalam pendekatan Market Corrolary Approach ini, Parameter yang digunakan adalah:

  • Besar kebutuhan dari produk customer untuk setiap produk akhir (n)
  • Jumlah produk utama yang dihasilkan untuk periode tertentu (bulanan/tahunan)
  • Umur pemakaian alat jika ada (t)

Adapun contoh kasus untuk pendekatan Market Corrolary Approach ini misalnya:

Kebutuhan ban untuk setiap truk pengangkut pasir yang dioperasikan oleh PT Perkasa Abadi adalah 10 ban (=n). Karena kondisi jalan yang dilalui armada truk itu kurang mulus, penggantian ban harus dilakukan setiap 6 bulan sekali atau dalam 1 tahun harus dilakukan penggantian sebanyak 2 kali (=t). Dengan demikian, untuk setiap truk akan dibutuhkan 20 ban/tahun. Jika PT Perkasa Abadi mempunyai armada truk sejumlah 100 unit (=k), maka kebutuhan ban selama setahun adalah:

=  (n) x (t) x (k)

=  10 x (12/6) x 100

=  2000 ban/tahun

Jika dilihat dari hasil di atas, maka tingkat pemasaran yang dianggap layak atau wajar bagi customer adalah tidak melebihi 2.000 ban/tahun. Jika perusahaan PT Perkasa Abadi akan mendistribusikan produk ban khusus truk pengangkut pasir lebih besar dari 2.000 adalah tidak feasible / tidak layak karena berpotensi akan terjadi penumpukan berlebih / overload.

 

 

#Hastag
Berita Lainnya
Copyright © 2025 Masoem University