
Seseorang yang berprofesi sebagai wirausaha / entrepreneur / pebisnis pastilah pernah mengalami situasi yang dilematis ketika mereka memulai usahanya. Salah satu dilema yang biasa terjadi pada seorang pebisnis adalah ketika mereka harus memilih “Apakah saya harus mematangkan Produk dulu atau saya kuat dalam pemasaran dulu?” Terkadang seseorang yang dihadapkan dengan dilemma seperti ini haruslah memahami kebutuhan konsumen, walaupun “keinginan” dan “kebutuhan” merupakan sesuatu yang sangat subjektif.
Salah satu tokoh terkenal, Peter Drucker pernah membuat sebuah pernyataan: “There will always be a need for some selling. But the aim of marketing is to make selling superfluous. The aim of marketing is to know and understand the customer so well that the product or service fits him and sells itself. Ideally, marketing should result in a customer who is ready to buy. All that should be needed is to make the product or service available”. Jika kita lihat dari pernyataan ini, dia percaya bahwa selalu ada kebutuhan di masyarkat yang dapat kita tangkap sebagai sebuah peluang da5n tujuan seorang tenaga pemasar adalah memaksimalkan penjualan dengan cara memahami konsumen dengan baik sehingga nantinya produk atau jasa yang ditawarkan akan berjalan dengan sendirinya seiring waktu selama kebutuhan itu masih ada.
Terdapat 2 hal yang sekilas terlihat sama namun terdapat benang merah perbedaannya jika kita lihat lebih seksama. Ketiga hal tersebut adalah Needs (kebutuhan) dan Wants (keinginan). Kita ambil suatu contoh produk, sebut saja Coca Cola. Jika kita sedang berbicara Needs / kebutuhan, maka kita paham bahwa ketika seseorang haus, dia harus minum, akan tetapi minuman apa yang akan dipilih itu adalah sesuatu yang berbeda. Jika kita sedang berbicara Wants / keinginan, seseorang akan diwarnai oleh kepribadian, kultur atau budaya yang melekat pada orang tersebut dan dia akan berkata “saya ingin minum coca cola”. Hal tersebut terkadang tidak harus menunggu mereka haus terlebih dahulu untuk membeli coca cola karena bisa saja mereka minum coca cola supaya terlihat trendi (jika budaya di tempat dia berasal berkata seperti itu).
Jika kita kembali pada pertanyaan awal “Apakah saya harus mematangkan Produk dulu atau saya kuat dalam pemasaran dulu?”, saat ini banyak orang yang memilih untuk meningkatkan kemampuan pemasaran terlebih dahulu yang bertujuan untuk membentuk kepercayaan konsumen dan membuka jaringan seluas mungkin. Banyak dari pengusaha-pengusaha sukses yang sebelumnya memang memiliki pengalaman berjualan produk milik mereka yang sederhana ataupun menjual produk / merek orang lain. Setelah mendapatkan kepercayaan dari konsumen, barulah mereka berani untuk membuka usaha dengan merek sendiri dan mematangkan produknya.
Setiap mahasiswa Masoem University nantinya akan diajarkan kuliah kewirausahaan yang dimulai dengan pembentukan mental dan keberanian sampai nanti akhirnya mereka mampu membangun start up sendiri di semester akhir dan dibimbing oleh para ahli dalam program inkubator bisnis. Dengan pilihan prodi jenjang D3 (Manajemen Informatika dan Komputer Akuntansi) serta prodi jenjang S1 (Sistem Informasi, Perbankan Syariah, Manajemen Bisnis Syariah, Bimbingan Konseling / Dep.Psikologi Pendidikan, Pendidikan Bahasa Inggris, Agribisnis dan Teknologi Pangan), para mahasiswa bisa memilih sesuai minat mereka yang nantinya akan dibentuk untuk menjadi seorang Entrepreneur yang sukses serta religius.